Suku Touwuntu, adalah suatu Pakasa'an atau anak suku Minahasa provinsi Sulawesi Utara, yang berarti orang-orang yang berada di bawah Pakasaan Touwuntu disebut sebagai orang Touwuntu.
Pakasa'an Touwuntu, terdiri dari beberapa walak, yaitu walak Pasan, walak Ratahan dan walak Ponosakan.
Cerita tentang asal-usul orang Touwuntu, adalah dikatakan bahwa orang Touwuntu sebagai penduduk asli di daerah yang sekarang bernama Ratahan dan Pasan. Pada abad 16 daerah ini termasuk daerah yang ramai dengan lalu lintas perdagangan antara penduduk asli dengan Ternate dan Tidore. Di wilayah ini terdapat pelabuhan Mandolang, yang saat ini bernama Belang. Pada masa pendudukan Raja Mokodompis dari Kerajaan Mongondouw di daerah Tompakewa. Dikisahkan bahwa Lengsangalu dari negeri Pontak, beserta Taranaknya memasuki wilayah selatan Mandolang-Bentenan (Belang). Lengsangalu punya 2 anak laki-laki, yaitu Raliu yang kemudian mendirikan negeri Pelolongan (Toulumawak), yang kemudian jadi Ratahan, dan satu lagi anaknya bernama Potangkuman menikah dengan seorang gadis dari penduduk asli wilayah ini yaitu dari suku Touwuntu, lalu mendirikan negri Tousuraya (Pasan).
Dari cerita di atas, berarti daerah Pasan dan Ratahan pada awalnya adalah dihuni oleh penduduk asli yang disebut orang Touwuntu. Wilayah Touwuntu berada di dataran rendah sampai tepi pantai Toulumawak di pegunungan. Orang Touwuntu sendiri berasal dari keturunan Opok Soputan sekitar abad ke-7.
Penduduk wilayah ini pada abad ke-16, merupakan percampuran antara penduduk asli (orang Touwuntu) dengan para pendatang dari Tombulu, Tompakewa (Tontemboan), Tonsea, Ternate dan para tawanan bajak laut yang diduga dari Sangihe.
Peperangan besar yang melanda wilayah ini dan menghancurkan Pakasa’an Touwuntu, dan terpecah menjadi walak–walak kecil yang saling berbeda bahasa dan adat, yaitu:
Masyarakat Kawanua Jakarta mengusulkan agar wilayah ini dikembalikan lagi menjadi Pakasa’an dengan satu nama, yaitu "Toratan", singkatan dari Tou Ratahan-Pasan-Ponosakan.
Karena negeri orang Ratahan, Pasan dan Ponosakan berada di satu wilayah dengan perkampungan yang saling silang dan berdekatan. Setelah beberapa abad, penduduk di daerah ini banyak terjadi perkawinan campur sejak masa pemerintahan Dotu Maringka, sekitar akhir abad ke-18. Sehingga ketiga walak ini seperti menjadi satu etnis yang tak terpisahkan. Selain itu walau berbeda dialek bahasa, tapi mereka dapat saling mengerti dalam berkomunikasi di antara lain. Karena ketiga Walak ini berasal dari satu Pakasa'an Touwuntu, yang dahulunya sebagai orang Touwuntu.
Pakasa'an Touwuntu, terdiri dari beberapa walak, yaitu walak Pasan, walak Ratahan dan walak Ponosakan.
Cerita tentang asal-usul orang Touwuntu, adalah dikatakan bahwa orang Touwuntu sebagai penduduk asli di daerah yang sekarang bernama Ratahan dan Pasan. Pada abad 16 daerah ini termasuk daerah yang ramai dengan lalu lintas perdagangan antara penduduk asli dengan Ternate dan Tidore. Di wilayah ini terdapat pelabuhan Mandolang, yang saat ini bernama Belang. Pada masa pendudukan Raja Mokodompis dari Kerajaan Mongondouw di daerah Tompakewa. Dikisahkan bahwa Lengsangalu dari negeri Pontak, beserta Taranaknya memasuki wilayah selatan Mandolang-Bentenan (Belang). Lengsangalu punya 2 anak laki-laki, yaitu Raliu yang kemudian mendirikan negeri Pelolongan (Toulumawak), yang kemudian jadi Ratahan, dan satu lagi anaknya bernama Potangkuman menikah dengan seorang gadis dari penduduk asli wilayah ini yaitu dari suku Touwuntu, lalu mendirikan negri Tousuraya (Pasan).
Dari cerita di atas, berarti daerah Pasan dan Ratahan pada awalnya adalah dihuni oleh penduduk asli yang disebut orang Touwuntu. Wilayah Touwuntu berada di dataran rendah sampai tepi pantai Toulumawak di pegunungan. Orang Touwuntu sendiri berasal dari keturunan Opok Soputan sekitar abad ke-7.
Penduduk wilayah ini pada abad ke-16, merupakan percampuran antara penduduk asli (orang Touwuntu) dengan para pendatang dari Tombulu, Tompakewa (Tontemboan), Tonsea, Ternate dan para tawanan bajak laut yang diduga dari Sangihe.
Peperangan besar yang melanda wilayah ini dan menghancurkan Pakasa’an Touwuntu, dan terpecah menjadi walak–walak kecil yang saling berbeda bahasa dan adat, yaitu:
- Walak Ratahan
- Walak Pasan
- Walak Ponosakan
Masyarakat Kawanua Jakarta mengusulkan agar wilayah ini dikembalikan lagi menjadi Pakasa’an dengan satu nama, yaitu "Toratan", singkatan dari Tou Ratahan-Pasan-Ponosakan.
Karena negeri orang Ratahan, Pasan dan Ponosakan berada di satu wilayah dengan perkampungan yang saling silang dan berdekatan. Setelah beberapa abad, penduduk di daerah ini banyak terjadi perkawinan campur sejak masa pemerintahan Dotu Maringka, sekitar akhir abad ke-18. Sehingga ketiga walak ini seperti menjadi satu etnis yang tak terpisahkan. Selain itu walau berbeda dialek bahasa, tapi mereka dapat saling mengerti dalam berkomunikasi di antara lain. Karena ketiga Walak ini berasal dari satu Pakasa'an Touwuntu, yang dahulunya sebagai orang Touwuntu.
sumber:
- theminahasa: pakasaan
- rian-akay: cerita rakyat walak dan pakasaan
No comments:
Post a Comment