Suku Jawa Suriname

Suku Jawa Suriname, adalah suatu kehadiran kelompok masyarakat baru yang berasal dari kepulauan Indonesia sekitar akhir abad 19, yang dibawa oleh pemerintah Belanda yang pada saat itu menguasai Suriname di Amerika Selatan. Negara Suriname memerlukan tenaga kerja untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan.

kuli kontrak Jawa dalam perjalanan ke Suriname
sumber wulanwahyuning
Para pekerja perkebunan di Suriname sebelumnya dikerjakan oleh para budak Negro dari Afrika. Setelah perbudakan dihapuskan, para budak Negro berduyun-duyun meninggalkan perkebunan dan menuju kota-kota di Suriname. Para orang-orang Negro ini disebut sebagai Kreol Suriname. Akibatnya perkebunan tersebut pun kosong dan tidak memiliki pekerja.
Setelah kepergian para budak Negro yang telah hidup bebas tersebut, maka digantikan para kuli kontrak dari Tionghoa dan India yang disebut sebagai Hindustan Suriname. Tapi sepertinya perkebunan tetap kekurangan tenaga kerja, dan akhirnya pemerintah Belanda mengambil pekerja baru ke Hindia Belanda (kini Indonesia) dengan sistem razia dan dipaksa dikapalkan ke Suriname. Para pekerja paksa dari Indonesia ini mayoritas dari pulau Jawa tepatnya dari etnis Jawa dan Sunda, yang kebanyakan dari mereka adalah para petani buta aksara. Antara tahun 1890–1939, terdapat lebih dari 33.000 jiwa orang Jawa yang dibawa ke Suriname.

Suriname adalah sebuah Negara Republik yang berbatasan dengan Guyana Perancis di Timur dan Guyana di Barat, di selatan Suriname berbatasan dengan Brasil dan di selatannya terdapat Samudra Atlantik, dan berada di Amerika Selatan. Suriname dengan Ibukotanya Paramaribo, memproklamasikan kemerdekaannya dari Belanda pada tanggal 25 November 1975, 36 Tahun yang lalu, dengan jumlah penduduk berdasarkan sensus penduduk 2004 berjumlah 487.024 dengan kepadatan penduduk 3 orang/km2 yang mendiami Negara Republik Suriname seluas 160.273 Km2, yang terbagi dalam 10 Districk, Negara Republik Suriname dipimpin oleh seorang Presiden.

Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa para pekerja paksa yang berasal dari Indonesia (mayoritas suku Jawa) bermukim di Suriname sejak tahun 1880. Ribuan tenaga kerja yang direkrut oleh Belanda sebenarnya bukanlah seluruhnya dari etnis Jawa, tapi dari berbagai macam suku etnis di Indonesia di wilayah luar pulau Jawa juga direkrut.

Dari total 32.965 imigran Jawa di Suriname, pada tahun 1954 sebanyak 8684 orang Jawa kembali ke Indonesia. Pada Sensus tahun 1972 terdapat sebanyak 57.688 orang Jawa di suriname, dan pada tahun 2004 ada 71.879 orang. Pada tahun 2004 terdapat lebih dari 60.000 orang keturunan campuran, lalu kemudian tidak diketahui lagi jumlah pasti keturunan Jawa di Suriname.

Pada tahun 1953 sekelompok besar 300 keluarga (1.200 orang), yang dipimpin oleh Saikin Hardjo, kembali ke Indonesia pada Langkuas kapal dari Royal Rotterdam Lloyd. Mereka berniat untuk pulang ke pulau Jawa, tapi permintaan mereka tidak disetujui oleh pemerintah Indonesia, dan sebagai gantinya mereka dikirim ke Sumatra Barat. Mereka membersihkan tanah, membangun rumah dan mendirikan desa Tongass di kabupaten Pasaman. Mereka terintegrasi lancar dengan masyarakat Minangkabau, meskipun fakta bahwa sebagian besar orang Jawa beragama Kristen, terjadi perkawinan dengan Minangkabau yang pada umumnya muslim. Generasi mereka saat ini dikatakan merasa lebih Indonesia daripada Suriname, tapi tetap mempertahankan hubungan dengan keluarga dan teman-teman di Suriname dan Belanda, kadang-kadang mereka berkunjung kembali ke negara-negara tersebut.

Pada tahun 1970-an sebanyak 20.000-25.000 Jawa Suriname pergi ke Belanda. Mereka menetap terutama di sekitar kota-kota seperti Groningen, Amsterdam, Rotterdam dan Zoetermeer. Mereka terintegrasi dengan baik ke dalam masyarakat Belanda, tetapi tetap mempertahankan identitas Jawa melalui asosiasi dan pertemuan yang diselenggarakan secara teratur. Sebagian besar di antara mereka masih memiliki kerabat di Suriname dan mengirim paket dan uang, dan secara teratur mengunjungi suriname.

beberapa tradisi adat Jawa
tetap dipertahankan 
Di Suriname orang Indonesia tersebar di beberapa tempat dan kampung yang gampang dikenali karena kampung mereka masih menggunakan nama-nama dalam bahasa Indonesia seperti desa Tamansari, desa Tamanrejo dan semacam itu. Untuk mengingat akan Tanah Air Indonesia selain dengan menggunakan nama pemukiman mereka dengan bahasa Indonesia, sedangkan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Indonesia ini adalah bahasa Jawa. Walau ada beberapa dialek yang kurang pas kedengarannya di telinga, itu disebabkan oleh pengaruh bahasa Belanda dan bahasa Tongo, namun hanya pada dialek saja yang nampak lucu namun akan dapat dimengerti dengan baik oleh orang Indonesia bila mendengarnya. Fonologi bahasa Jawa Suriname menggunakan dialek Kedu yang menjadi bahasa induk Warga Negara Suriname asal Indonesia yang tentunya tak jauh berbeda dengan bahasa Jawa yang baku.

Ketua Parlemen Suriname Paul Slamet Somoharjo akrab disapa sebagai Soemoharjo yang terpilih menjadi Ketua parlemen sejak 30 Juni 2005 sampai saat ini , lahir di Ibukota Suriname Paramaribo 68 tahun yang lalu tepatnya 2 Mei 1943, beliau ini adalah Warga Negara Suriname keturunan Etnis Jawa, bayangkan nama Partainyapun menggunakan bahasa Indonesia yaitu Partai Pertjaja Luhur yang beranggotakan Warga Negara Suriname Asal Indonesia. Ada beberapa pejabat Pemerintahan, dan Tentara, serta pejabat lainnya yang juga berasal dari etnis Jawa.

sumber:

No comments:

Post a Comment