Suku Betawi

suku Betawi
Suku Betawi, adalah suku penduduk asli yang mendiami kota Jakarta, ibukota Indonesia. Populasi suku Betawi diperkirakan lebih dari 3 juta orang.

Suku Betawi merupakan satu-satunya suku yang termasuk bagian dari rumpun Melayu, karena adat-istiadat serta bahasa yang digunakan oleh suku Betawi adalah tergolong dalam budaya Melayu.

Orang Betawi pada umumnya adalah penganut agama Islam. Terdapat juga kelompok penganut agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik dengan jumlah yang kecil. Orang Betawi yang beragama Kristen, sebagian adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Komunitas orang Betawi Kristen ini sekarang terpusat di daerah Kampung Tugu Jakarta Utara.

Orang Betawi memiliki jiwa sosial yang tinggi. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua kepada anak-anaknya. Mereka juga sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta. Orang Betawi terkenal karena suka bercanda dan ceplas-ceplos dalam berbicara

Masyarakat suku Betawi, merupakan percampuran dari segala suku-bangsa yang pada awalnya bermukim di wilayah Betawi ini. Menurut beberapa anggapan bahwa pada awalnya para pendatang dari Melayu Deli dan Melayu Riau, bermigrasi ke wilayah ini dengan kapal-kapal dagang dalam tujuan berdagang, mereka menetap dan melakukan perkawinan campur dengan penduduk asli, yaitu masyarakat suku Sunda sebagai penghuni pertama di wilayah ini. Setelah membentuk pemukiman, wilayah ini berkembang menjadi daerah yang maju. Karena daerah ini termasuk daerah yang penting, maka berdatanganlah berbagai suku bangsa lain ke daerah ini, seperti suku Jawa dan suku-suku pedagang dari luar, seperti Arab, India, Tionghoa dan Eropa. Berbagai suku-bangsa dari luar ini melakukan perkawinan campur dengan penduduk di daerah ini, yang akhirnya semua berbaur dalam adat-istiadat Melayu. Pengaruh budaya dan bahasa Melayu sungguh kuat di daerah ini sehingga terbentuklah adat-istiadat dan komunitas yang disebut Melayu Betawi. Setelah itu banyak suku-suku pendatang lain yang datang dan ikut berbaur dalam komunitas Melayu Betawi ini, seperti suku Bugis, Makassar, Ambon, Batak, Melayu dan lain-lain, yang semua menyatu dalam budaya Melayu Betawi.

Istilah "Betawi", berasal dari kata "Batavia" nama wilayah ini sebelum "Jakarta", pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, awalnya digunakan untuk menyebut penduduk yang menghuni seputar wilayah Jakarta, sekitar tahun 1923.

Masyarakat Melayu Betawi ini berbicara dalam bahasa Melayu Betawi. Bahasa Melayu Betawi digolongkan sebagai bahasa Melayu Kreol. Bahasa Melayu Kreol, adalah bahasa yang berakar dari bahasa Melayu, tetapi mengalami percampuran bahasa dari berbagai bahasa.

Istilah nama Betawi diduga muncul sekitar tahun 1923, karena sebelumnya, orang-orang di wilayah Betawi ini belum mengakarnya istilah kesatuan etnis Betawi. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri sesuai tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.
Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Saat itulah, orang-orang yang bermukim di wilayah Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.

Ada pendapat mengatakan bahwa orang Betawi pada umumnya berasal dari masyarakat yang berada di luar benteng Batavia, yang menggunakan bahwa Melayu, yang berasal dari Sumatera. Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera, hal ini yang menyebabkan kalau etnis Sunda yang bermukim di pelabuhan Sunda Kalapa, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional. Berdasarkan penelitian, bahwa DNA orang Betawi sama dengan DNA orang Melayu Sumatra.

Budaya Betawi merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Hindia Belanda, Batavia (kini Jakarta) merupakan ibu kota Hindia Belanda yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Sunda, Jawa, Batak, Bugis dan Minang. Selain itu budaya Betawi juga menyerap budaya luar, seperti budaya Arab, Tionghoa, India, dan Portugis.

Kesenian budaya Betawi, berakar dari berbagai jenis budaya, seperti:
Ondel-Ondel
  • Gambang Kromong, yang berasal dari seni musik Tionghoa
  • Rebana, yang berakar pada tradisi musik Arab
  • Keroncong Tugu, dengan latar belakang Portugis
  • Tanjidor, yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. 
  • Lenong, yang berakar dari budaya Melayu Sumatra.
  • Tari Topeng Betawi, berakar dari budaya Sunda
  • Yapong, yang berakar dari budaya tari Jaipong Sunda
  • Ondel-Ondel
  • Cokek

Suku Betawi juga memiliki beberapa cerita rakyat, yaitu:
  • Si Pitung
  • Si Abang Jampang, yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal keras
  • Nyai Dasima, yang menggambarkan kehidupan masyarakat Betawi pada zaman kolonial
  • Mirah dari Marunda
  • Murtado Macan Kemayoran
  • Juragan Boing

Masyarakat suku Betawi, saat ini memiliki profesi yang beragam, seperti menjadi petani kembang, bertani dan berkebun, menjadi guru, pedagang dan pembatik. Selain itu banyak juga yang telah bekerja di sektor pemerintahan dan berbagai sektor swasta.

sumber:
sumber lain dan foto:
  • samlloris.blogspot.com
  • semuakartun.blogspot.com

No comments:

Post a Comment