Suku Melayu Langkat (Maya-Maya)

suku Melayu Langkat
Suku Melayu Langkat (Maya-Maya [baca: maye-maye]), adalah salah satu suku Melayu yang terdapat di Sumatra Utara. Pemukiman suku Melayu Langkat ini berada di wilayah kabupaten Langkat. Penyebaran suku Melayu Langkat ini mulai dari daerah kota Medan, Binjai, Bohorok, Stabat, Tanjung Pura, Pangkalan Brandan, Pangkalan Susu dan hampir di seluruh wilayah kabupaten Langkat.

Suku Melayu Langkat, berbicara dalam bahasa Melayu Maya-Maya (maye-maye), dengan dialek "e", mirip dengan dialek orang Melayu Malaysia.

Di Tanah Langkat pernah berdiri sebuah kerajaan tua yang beraliran Hindu, yaitu Kerajaan Aru, sebuah kerajaan Batak Karo pada masa lalu, yang diperkirakan telah berdiri sejak abad 2 Masehi. Setelah berakhirnya masa Kerajaan Aru, maka bermunculan  kesultanan-kesultan di Tanah Langkat ini, seperti Kesultanan Langkat, yang diduga sebagai kelanjutan dari Kerajaan Aru.
Tanah Langkat menurut ceritanya pertama kali dihuni oleh masyarakat suku Batak Karo yang berasal dari dataran tinggi Tanah Karo, yang bermigrasi ke wilayah ini. Seiring dengan masuknya suku bangsa Melayu yang diperkirakan berasal dari daratan Riau dan daratan Malaysia ke wilayah Langkat ini, dengan membawa adat-istiadat dan budayanya, maka wilayah Langkat ini dipenuhi oleh suku bangsa Melayu, yang sekarang dikenal sebagai suku Melayu Langkat. Suku bangsa Batak Karo yang pada awalnya mendiami wilayah ini pun akhirnya sebagian memeluk agama Islam, dan ikut menyerap budaya Melayu dan ikut menjadi Melayu, yang lebih dikenal sebagai suku Karo Melayu Langkat.

Masyarakat suku Melayu Langkat ini hampir seluruhnya memeluk agama Islam, yang telah berkembang di kalangan orang Melayu Langkat sejak beberapa abad yang lalu. Agama Islam begitu kuat tumbuh dalam masyarakat Melayu Langkat, terlihat dari segala bentuk tradisi adat-istiadat dan budaya suku Melayu Langkat banyak dipengaruhi unsur budaya Islam. Tapi dalam kehidupan sehari-hari orang Melayu Langkat masih ada yang mempercayai hal-hal gaib, hantu dan roh-roh gentayangan. Praktek perdukunan masih dianggap penting, untuk mengobati orang sakit, serta memohon petunjuk.

rumah tradisional Melayu Langkat
Orang Melayu Langkat memiliki rumah tradisional dengan bentuk khas Melayu. Dibangun dengan bentuk rumah panggung, biasanya dibuat dari bahan kayu hitam. Pintu masuk biasanya berada di samping rumah, dengan sebuah tangga, tapi saat ini sudah ada yang menempatkan pintu masuk dan tangga di depan rumah. Rumah suku Melayu Langkat ini memiliki atap dengan daun nipah yang banyak terdapat di rawa-rawa daerah ini. Atap daun Nipah ini memberi kesejukan di bawahnya meskipun cuaca sedang sangat terik dan panas.

Matapencarian suku Melayu Langkat, saat ini memiliki profesi beragam, tetapi sebagian besar hidup sebagai petani. Mereka menanam berbagai jenis tanaman, seperti padi, ubi, jagung, berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Di daerah pesisir biasanya menjadi nelayan. Di luar itu mereka memilih profesi sebagai pedagang, nelayan, sektor pemerintahan dan sektor swasta. Di sisi lain beberapa dari mereka menjadi buruh di perkebunan dan lain-lain.


Sebutan dalam bahasa Melayu Langkat:
  • atok aje = kakek
  • atok emak = nenek
  • andung = nenek
  • aje = ayah
  • mamak = ibu
  • babah = abang
  • unyang = nenek buyut

sumber:
sumber lain dan foto:
  • donaldfestivi.blogspot.com
  • archivera.blospot.com

No comments:

Post a Comment