tari Topeng Cirebon |
Keberadaan suku Cirebon di wilayah provinsi Jawa Barat diapit oleh dua budaya besar yang mendominasi wilayah di sekitar kediaman suku Cirebon, yaitu budaya suku Sunda dan suku Jawa. Sehingga sering dipertanyakan kepada masyarakat Cirebon, apakah suku Cirebon termasuk bagian dari sub-suku Sunda atau menjadi bagian dari sub-suku Jawa ?
Orang Cirebon merasa bahwa orang Cirebon adalah suatu suku bangsa tersendiri, tidak masuk ke kelompok suku manapun. Selain itu nama-nama khas orang Cirebon juga berbeda dengan nama-nama khas orang Sunda ataupun orang Jawa. Sedangkan kalau dilihat dari bahasa yang digunakan oleh orang Cirebon, bahwa bahasa Cirebon berbeda dengan bahasa Sunda atau Jawa, walaupun banyak menyerap perbendaharaan kata dari bahasa Sunda dan Jawa. Selain itu bahasa Cirebon juga menyerap perbendaharaan kata dari bahasa Arab, China dan Belanda. Pengaruh Sunda dalam bahasa Cirebon karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya Sunda Kuningan dan Sunda Majalengka.
Bahasa Cirebon serapan dari bahasa Asing:
- taocang = kuncir, serapan dari bahasa China
- bakda = setelah, serapan dari bahasa Arab
- sonder = tanpa, serapan dari bahasa Belanda
keraton Cirebon |
Pada mulanya keberadaan Etnis atau Orang Cirebon selalu dikaitkan dengan keberadaan Suku Sunda dan Jawa, namun kemudian eksistensinya mengarah pada pembentukan budaya tersendiri. Masyarakat suku Cirebon memiliki budaya ragam Batik Pesisir yang tidak mengikuti pakem jawa, karena Batik Cirebon memiliki ciri khas tersendiri yang sering disebut sebagai Batik Pedalaman yang lebih bercorak Islam, sesuai dengan tradisi Keraton Cirebon pada abad ke-15 yang berlandaskan Islam..
Keberadaan orang Cirebon sebagai "suku", sepertinya sudah diakui, karena dalam sensus penduduk telah tersedia kolom khusus bagi suku Cirebon, hal ini berarti keberadaan suku Cirebon telah diakui secara nasional sebagai sebuah suku tersendiri.
Masyarakat suku Cirebon hampir seluruhnya memeluk agama Islam. Agama Islam masuk dan berkembang dalam masyarakat Cirebon sejak abad 15. Tradisi budaya suku Cirebon banyak dipengaruhi oleh budaya Islam.
Kajian Linguistik sampai saat ini menyatakan bahasa Cirebon adalah sebuah dialek. Namun dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003, mengakui bahwa bahasa Cirebon sebagai sebuah bahasa dan bukan sebagai sebuah dialek.
Dialek dalam bahasa Cirebon, yaitu:
- dialek Jawareh,
merupakan dialek yang diucapkan di sekitar perbatasan kabupaten Cirebon dengan Brebes, atau sekitar perbatasan dengan kabupaten Majalengka dan Kuningan. Dialek Jawareh ini merupakan gabungan dari separuh bahasa Sunda dan separuh Jawa. - dialek Dermayon (Indramayuan),
dialek yang digunakan secara luas di wilayah kabupaten Indramayu. - dialek Plered (Cirebon barat),
dialek yang digunakan di wilayah sebelah barat kabupaten Cirebon, dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada bahasa Cirebon standar menggunakan kata sira, dialek kabupaten Cirebon bagian barat ini menggunakan kata "siro" untuk mengartikan "kamu", dan apa menjadi "apo" dan jendela menjadi "jendelo". - dialek Gegesik,
dialek yang digunakan di wilayah Cirebon barat wilayah utara di sekitar kecamatan Gegesik, dialek ini sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus daripada dialek "orang Cirebon".
Hubungan suku Cirebon dengan Sunda dan Jawa:
- Hubungan dengan Kebudayaan Sunda,
ditandai dengan adanya Keraton Cirebon sebagai sebuah bentuk eksistensi adanya suku Cirebon, dimana pendiri Keraton Cirebon yaitu Raden Walangsungsang dan Nyai rara santang serta Pangeran Surya yang merupakan Kuwu di Kaliwedi, masih keturunan Kerajaan Pajajaran yang merupakan Kerajaan Sunda namun dalam perkembangan selanjutnya Keraton Cirebon yang merupakan lambang eksistensi keberadaan Suku Cirebon memilih jalannya sendiri yang kebanyakan bercorak islam. - Hubungan dengan Kebudayaan Jawa,
dalam kaitannya dengan Kebudayaan Jawa, keberadaan Bahasa Cirebon selalu dikaitkan dengan bahasa Jawa dikarenakan adanya Tata Bahasa Cirebon yang mirip dengan Tata Bahasa Jawa, serta adanya beberapa kata dalam bahasa Cirebon yang juga memiliki arti sama dalam bahasa Jawa.
Masyarakat suku Cirebon, saat ini memiliki beragam profesi, tapi pada umumnya mereka hidup sebagai petani pada tanaman padi di lahan sawah. Mereka juga menanam jagung dan sayur-sayuran, juga berbagai buah-buahan. Beberapa dari mereka memilih profesi sebagai nelayan. Di luar itu banyak dari mereka yang telah bekerja di kantor pemerintah dan kantor-kantor swasta. Bidang profesi lain, adalah sebagai pedagang, guru, buruh harian dan lain sebagainya.
sumber:
- regional.kompas.com
- boedijaeni.com
- wikpedia
- antiyank.wordpress.com
- apakatajapra.wordpress.com
No comments:
Post a Comment