suku Cikoeng |
Kehadiran suku Cikoneng ini pada abad XVI, di masa Kesultanan Banten yang dipimpin Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570). Mereka bermigrasi ke wilayah ini dan membangun pemukiman. Sebutan suku Lampung bertahan sampai sekian lama, tapi lama kelamaan sebutan merekapun berubah menjadi suku Cikoneng, sesuai dengan wilayah pemukiman mereka yang bernama Cikoneng yang berada di kecamatan Anyar bagian Selatan Banten. Tapi walaupun mereka telah menjadi orang Cikoneng, kadang-kadang mereka masih menyebut diri mereka sebagai "orang Lampung'.
Bahasa Lampung yang mereka bahwa dari Lampung, saat ini agak berubah. Bahasa mereka, bisa dikatakan memang bahasa Lampung, tapi banyak menyerap bahasa Banten, Sunda dan bahasa Betawi. Namun apabila mereka berkomunikasi dengan orang Lampung asli, mereka masih bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang Lampung asli atau sanak-saudara mereka yang datang dari Lampung. Bahasa suku Cikoneng ini, lebih dikenal dengan sebutan bahasa Lampung Cikoneng.
Masyarakat Lampung dengan masyarakat Banten, sejak 400 tahun yang lalu sudah menjalin persahabatan. Sehingga dengan kehadiran masyarakat Lampung yang membangun pemukiman di wilayah ini, mendapat sambutan tangan terbuka dari masyarakat Banten, Antara kedua suku yang mendiami wilayah yang sama ini terjalin hubungan yang sangat baik, sehingga tidak pernah sekalipun terjadi konflik di antara mereka. Di antara kedua suku ini ada semboyan dalam kehidupan mereka, yaitu "Lamun ana musuh Banten, Lampung pangarep Banten tut wuri.Lamun ana musuh Lampung, Banten pangarep Lampung tut wuri" (Jika ada musuh Banten, Lampung yang akan menghadapi dan Banten mengikuti. Dan jika ada musuh Lampung, Banten yang akan menghadapi dan Lampung mengikuti).
Masyarakat Cikoneng pada umumnya hidup dalam taraf ekonomi yang baik. Hanya sekitar 25 persen yang masuk kategori prasejahtera. Nelayan dan petani adalah profesi yang secara umum digeluti warga Cikoneng. Mereka menanam padi, yang hanya dipanen 1 kali setahun, karena tidak ada irigasi, sehingga pertanian mereka dilaksanakan tergantung kondisi alam dan musim.
sumber:
- protomalayans
- sejarah.kompasiana.com
- ulunlampung.blogspot.com
- wikipedia
- slowbos.com
No comments:
Post a Comment